Selasa, 21 Mei 2013

Pengaruh dan Penanggulangan Amonia di Tambak

Gambar. Tambak Udang Intensif

Udang akan tumbuh baik dilingkungan yang sesuai kebutuhan hidupnya. Lingkungan yang harus diperhatikan meliputi kondisi dasar tambak, air dan cuaca.
Amonia merupakan senyawa beracun bagi udang dan hewan air lainnya. Senyawa tersebut dihasilkan bakteri dan cendawan (jamur) pada proses perombakan bahan organik, baik dalam kondisi aerob (ada oksigen) maupun anaerob (tanpa oksigen). Selain itu, amonia juga dihasilkan oleh sisa buangan metabolisme udang (metabolit) yang dikeluarkan melalui insang.
Perombakan bahan organik
Bahan organik di dalam tambak berasal dari kotoran udang, sisa pakan, plankton, atau organisme lain yang mati di tambak. Amoniak dalam air akan membentuk senyawa amonium, yang selanjutnya berada dalam kondisi keseimbangan. Perbandingan amonia dan amonium dalam air sangat dipengaruhi suhu dan pH.
NH3 disebut juga sebagai amonia tak terionisasi, sedangkan jumlah amonia yang terionisasi dan tidak terionisasi (NH3 + NH4) disebut total amonia nitrogen (TAN). Pengukuran amoniak dalam tambak udang umumnya menggunakan test kit amonium (ammonium kit) dengan pertimbangan lebih mudah dan praktis juga harganya relatif murah.
Cara lainya dengan memanfaatkan alat yang disebut spektrofotometer. Besarnya amonia (NH3) dihitung berdasarkan tabel yang disesuaikan dengan kondisi pH, suhu dan salinitas air tambak  yang diukur kandungan amonianya. Untuk itu, ketiga parameter air tersebut harus diukur pula. Selanjutnya presentase amoniak (NH3) dicari pada baris pH dan kolom suhu yang sesuai.
Pengaruh amonia
Udang mengeluarkan amonia dari dalam tubuhnya melalui insang. Bila di dalam air tambak terdapat kandungan amonia, proses pembuangan amoniak dalam tubuh udang terganggu. Amonia dalam darah mengganggu proses pengangkutan oksigen ke dalam jaringan dan proses ekskresi dari jaringan ke luar tubuh udang.
Kandungan amonia dalam air tambak yang disarankan maksimal 0,1 ppm dan udang akan mati pada 1 ppm NH3. Udang yang stress karena  amonia ditandai dengan warna tubuhnya yang menjadi kemerahan. Tanda yang sama juga terlihat kalau kandungan nitrit tinggi. Bila kondisi air tambak dipenuhi plankton yang pekat, pada sore hari udang akan berenang dibagian atas kolom air. Nafsu makan udang turun, bahkan kadang-kadang juga ditemukan udang yang mati.
Penanggulangan
Amonia yang ada dalam tambak dapat dimanfaatkan oleh plankton maupun bakteri. Jenis plankton yang paling umum menggunakan amonia adalah kelompok alga hijau, bakteri nitrifikasi (bakteri autotrof), dan sebagian bakteri heterotrof.
Pergantian air
Mengganti air merupakan cara terbaik untuk menghilangkan, menurunkan kadar amonia, atau memperbaiki kualitas air dalam tambak serta cara yang paling umu dilakukan oleh sebagian besar petambak. Penggantian juga menurunkan dan menghilangkan senyawa beracunlain serta mengencerkan kepekatan plankton.
Namun, dalam kondisi tertentu pergantian air secara tiba-tiba dalam jumlah besar dapat menyebabkan guncangan kualitas air yang ebrakibat udang menjadi stress. Nafsu makan ugang terus menurun, dan selanjutna rentan terhadap infeksi penyebab penyakit. Untuk itu, pergantian air harus melalui reservoir yang telah diberikan perlakuan secukupnya, serta hindari perubahan kualitas air yang mendadak.
Manajemen plankton (Green Water System)
Dengan menjaga kualitas plankton yang didominasi oleh jenis Chlorella, air tambak terjaga dari amoniak. Caranya, reservoir diberi perlakuan biologis dengan mengisi ikan pemakan plankton, seperti bandeng atau nila, agar populasi Chlorella dalam reservoir tetap terjaga.
Penggunaan probiotik
a)    Penggunaan Bakteri Nitrifikasi
Pemberian bakteri nitrifikasi lebih efektif bila kandungan oksigen terlarut cukup tinggi (> 4 ppm saat subuh), cukup kandungan kalsium (Ca), kandungan pH sekitar 7, terdapat substrat di dalam tambak, dan terhindar dari sinar matahari saat perlakuan.
b)   Penggunaan Bakteri Fotosintetik
Bakteri fotosintetik, misalnya Rhodopseudomonas dan Chromatium, menggunakan nitrogen anorganik seperti amonia, nitrat, nitrogen bebas untuk disusun menjadi senyawa protein. Oleh karena itu, jenis bakteri fotosintetik dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan amonia dari lingkungan tambak.
c)    Penggunaan Bakteri Heterotrof dan Molase
Molase dimanfaatkan bakteri heterotrof untuk mereduksi amonia sehingga pH menjadi turun dan mengurangi daya racun amonia. Bakteri heterotrof meghendaki nilai C/N ratio 20:1, sementara pakan udang yang digunakan mengandung protein lebih dari 35%, yang berarti nilai C/N ratio lebih rendah dari 20:1. Oleh karena itu perlu penambahan karbon organik berupa molase secara berkala.
Sumber:
Agrina Vol. 2 No. 45. Februari 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan anda.